Tokoh NU Gak Masuk Kamus, Rocky Gerung: Islam Mau Dihilangkan dari Jejak Sejarah
PERS.MY.ID - Buku terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia mendapat kritik dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU).
Pasalnya, buku Kamus Sejarah Indonesia terbitan Kemendikbud terutama Jilid 1 tidak ada entri nama pendiri NU Hasyim Asyari.
Tak sampai disitu, ternyata tokoh komunisme justru masuk ke dalam entri buku tersebut.
Menanggapi
hal ini, salah satu pengamat politik terkenal, Rocky Gerung
menyampaikan pandangannya melalui YouTube Rocky Gerung Official berjudul
"KEMENDIKBUD CARI GARA-GARA LAGI. NAMA PENDIRI NU HILANG DARI KAMUS
SEJARAH".
Hal ini merupakan kejadian fatal menurut Rocky.
"Waduh
itu fatal, karena semua orang yang belajar sejarah tau siapa Hasyim
Asyari, bahkan nama Hasyim Asyari itu terkait dengan nama Wahid Hasyim
lalu terkait dengan nama Abdurrahman Wahid itu," ujar Rocky membuka
video.
Jika nama penting itu hilang, menurut Rocky negeri ini sudah berkhianat terhadap Presiden Soekarno.
"Jadi
kalau nama itu hilang, itu artinya negeri mengkhianati permintaan Bung
Karno sendiri (yaitu) jangan sekali-sekali melupakan sejarah,"
lanjutnya.
Lagi-lagi Rocky menekankan bahwa ini adalah persoalan serius.
"Ini
soal yang serius karena sekali jejak sejarah itu berhenti maka dia akan
diisi dengan segala macam upaya untuk menghilangkan jejak republik,"
papar Rocky.
Rocky
tidak tahu apakah ini senjaga atau memang ada kekeliruan. Namun jika
itu kekeliruan maka ada editor buku yang terlalu sibuk dengan urusan
politik saat ini.
"Saya
gak tau ini kesengajaan atau mudah-mudahan ini hanya semacam
kekeliruan. Tapi kalaupun itu kekeliruan itu artinya ada editor di
bidang kebudayaan tidak awas karena terlalu sibuk dengan urusan tiga
periode," terangnya.
Rocky menilai bahwa orang di Kemendikbud lupa bahwa sejarah juga merupakan politik.
"Lalu
(dia) lupa bahwa sejarah itu dulu adalah juga politik, karena di dalam
sejarah kita belajar tentang etika kekuasaan," imbuh Rocky.
Lalu Rocky menjelaskan apa pentingnya sejarah bagi semua orang.
"Sejarah
itu selalu dimaksudkan untuk mengingat apa yang sebetulnya dihalangi
untuk diucapkan, karena itu kita ingin tau apa ucapan dari Sutan Sjahir,
Hasyim Asyari, Moh Yamin, itu pentingnya sejarah tuh, bukan namanya
yang kita ingat tapi apa pikirannya," terangnya.
Rocky menilai bahwa selama periode Jokowi seolah-olah Islam memang mau disingkirkan.
"Saya
kira itu sebetulnya konteks hari ini, mengapa umat Islam merasa
tersinggung atau NU apalagi marah itu, karena dalam konteks dua periode
Pak Jokowi itu seolah-olah hendak menyingkirkan Islam, maka tersambung
akhirnya dianggap bahwa ‘loh kalo begitu memang Islam mau dihilangkan
dari jejak sejarah’ tuh," kata Rocky.***